Materi 5 : Ikatan Kimia

A. PENGERTIAN IKATAN KIMIA
Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk antar atom atau antar molekul dengan cara :
  • Atom yang satu melepaskan elektroEn, sedangakan atom yang lain menerima elektron (serah terima elektron)
  • Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing-masing atom yang berikatan
  • Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan

Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah guna terjadi pencapaian kestabilan suatu unsur. Kestabilan unsur terjadi apabila suatu unsur mengikuti aturan oktet. Aturan Oktet adalah kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnnya sama seperti gas mulia. Unsur gas mulia (Gol VIIIA) mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet, hanya unsur Helium).

Sebelum mengetahui jenis-jenis ikatan kimia, kita harus mengetahui apa itu konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron adalah susunan elektron-elektron pada sebuah unsur. Susunan elektron berbentuk sub kulit-sub kulit, yang masing-masing sub kulit terdiri dari elektron yang berbeda. Kulit K : 2, L : 8, M : 8,  N : 8. Dengan adanya konfigurasi elektron, kita dapat mengetahui letak unsur disistem periodik (periode dan golongan).
Contoh :  Buat konfigurasi elektron Na
11Na : 2, 8,  Ã  artinya, unsur Na terletak pada golongan 1,  periode ke tiga.

Namun, di dalam terdapat sub kulit, maka untuk golongan B pada sistem periodik, konfigurasi elektron dibuat berdasarkan Asas Afbau. Karena untuk unsur yang berada di golongan B, konfigurasi elektron menggunakan prinsip kulit K,L,M,N tidak bisa digunakan (Hanya untuk golongan A), tetapi Asas Afbau dapat digunakan untuk di semua golongan (A dan B).
Artikel Penunjang : Konfigurasi Elektron dan Elektron Valensi
Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan kimia, maka dari itulah ikatan kimia dibedakan menjadi ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam.
 
PENGERTIAN DAN MACAM MACAM IKATAN KIMIA
B. JENIS – JENIS IKATAN KIMIA
1. Ikatan Ion
Ikatan ion (elektrovalen), adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya perpindahan (serah-terima) elektron dari satu unsur ke unsur yang lain. Kedua ikatan tersebut berikatan dengan adanya gaya elektrostatis. Unsur yang cenderung melepaskan elektron adala unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur nonlogam.
Ikatan yang terbentuk apabila unsur logam melepas elektron dan diikuti dengan unsur nonlogam yang menerima elektron”
Dengan kata lain, satu memberi dan satu menerima
Contoh ikatan ion adalah :
Unsur Na dengan Cl yang membentuk senyawa NaCl.
11Na : 2,8,1 Ã  Na+
17Cl : 2,8,7 Ã  Cl-
Na+ Clà NaCl

Unsur Na melepaskan 1 elektron valensinya sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia (8), dan unsur Cl menerima 1 elektron pada kulit terluarnya sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia (8). Jika unsur melepaskan elektron, maka unsur tersebut bermuatan positif, namun jika unsur menerima elektron, maka unsur tersebut bermuatan negatif.
Senyawa yang mempunyai ikatan ion antara lain :
  • Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan halogen (VIIA). Contoh : NaF, KI, dan CsF
  • Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan oksigen (VIA). Contoh : Na2S, Rb2S, Na2O
  • Golongan alkali tanah (IIA) dengan golongan oksigen (VIA). Contoh “ CaO, BaO, MgS


2. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh dua atom yang belikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron, yang dalam pembentukannya, masing-masing atom mempunyai orbital pada kulit terluar yang berisi elektron tunggal. Dan kedua orbial tersebut saling tumpang-tindih (overlap) sehingga sebuah pasangan elektron terbentuk, kemudian dipakai secara bersama oleh kedua atom. Ikatan kovalen terbentuk oleh sesama unsur non logam.
“ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian elektrom bersama-sama antara unsur non logam”
Dengan kata lain, sama-sama memberi dan menerima
Contoh ikatan kovalen :
Unsur H dengan N membentuk senyawa NH3
1H : 1      Ã  H+
7N : 2, 5  Ã  N-3
H+ N-3 Ã  NH3

Unsur H membutuhkan 1 elektron untuk memenuhi aturan oktet, sedangkan unsur N membutuhkan 3 elektron untuk memenuhi aturan oktet. Oleh karena itu, kedua unsur tersebut sama-sama memberi dan menerima (saling memakai)

Jenis – jenis ikatan kovalen
a. Berdasarkan jumlah pasangan elektronnya, ikatan kovalen dibagi menjadi :
  • Ikatan kovalen tunggal, adalah ikatan kovalen yang menggunakan satu pasang elektron. Contoh: H-Cl, H-H
  • Ikatan kovalen rangkap dua, adalah ikatan kovalen yang menggunakan dua pasang elektron. Contoh: O=O
  • Ikatan kovalen rangkap tiga, adalah ikatan kovalen yang menggunakan tiga pasang elektron. Contoh: HCCH

b. Berdasarkan kepolarannya, ikatan kovalen dibagi menjadi :
  • Ikatan kovalen polar, terjadi antara dua atom dengan keelektronegatifan berdeda (unsur yang berbeda). Contoh : ikatan H-Cl, H-F, N-H
  • Ikatan kovalen nonpolar, terjadi antara dua atom dengan keelektronegatifan sama (unsur yang sama). Contoh: ikatan  H-H, O=O, Cl-Cl

3. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan [Pasangan Elektron Bebas (PEB)], sedangkan atom yang lain hanya bisa menerima pasangan elektron yang digunakan bersama.
“Ikatan yang  terbentuk apabila pasangan elektron yang dipakai bersama hanya berasal dari salah satu unsur yang berikatan”
Dengan kata lain, ada satu menerima, dan ada yang tidak menerima
Contoh kovalen koordinasi :
Senyawa NHdengan H+ membentuk NH4+

4. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gara tarik menarik yang terjadi antara muatan pisitif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak. Atom-atom logam dapat diibaratkan bola ping-pong yang terjejal rapat satu sama lain. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar 9terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari satu atom ke atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam.

5. Pengertian Tata Nama Senyawa Sederhana
Tata nama senyawa kimia merupakan suatu aturan penamaan senyawa-senyawa sederhana yang terdiri dari senyawa anorganik dan organik. Tujuan penamaan ini ialah untuk memudahkan dalam membedakan senyawa dengan sifat fisis yang sama. Tata nama senyawa-senyawa ini dilakukan secara sistematis sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang ada. Tata nama senyawa kimia yang paling terkenal dan banyak dipakai ialah tata nama yang dikembangkan oleh IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry).

Aturan Tata Nama Senyawa Sederhana
Berdasarkan aturan IUPAC, tata nama senyawa sederhana dibagi atas dua golongan, meliputi tata nama senyawa anorganik dan senyawa organik. Berikut ini aturan tata nama kedua senyawa sederhana tersebut.

a. Tata Nama Senyawa Anorganik

1) Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner merupakan senyawa yang terdiri dari dua jenis unsur, baik unsur logam yang disebut kation dan non logam yang disebut anion ataupun unsur non logan dan non logam.

Tata nama untuk senyawa anorganik yang terdiri dari unsur logam dan non logambergantung pada banyaknya muatan/bilangan oksidasi yang dimiliki oleh unsur logam tersebut. Berikut prinsip penamaannya:

Jika  unsur logam yang membentuk senyawa biner dengan unsur non logam hanya memiliki satu muatan/bilangan oksidasi, maka rumus penamaannya adalah Kation (unsur logam) + Anion (unsur non logam) + akhiran –ida, Contoh:



Jika  unsur logam yang membentuk senyawa biner dengan unsur non logam memiliki lebih dari satu muatan/bilangan oksidasi, maka rumus penamaannya adalah Kation (unsur logam) + bilangan oksidasi unsur logam + Anion (unsur non logam) + akhiran –ida



Cara lain untuk tata nama senyawa biner yang terdiri dari unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu dengan unsur non logan yaitu sebagai berikut:
  • Unsur logam dengan bilangan oksidasi kecil ditulis dengan akhiran –o.
  • Unsur logam dengan bilangan oksidasi besar ditulis dengan akhiran –i.


Contoh:
FeCI   = Fero Klorida    (Bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
FeCI   = Feri Klorida     (Bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
CuCI   = Kupri Klorida  (Bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih esar)

Unsur non logam/gugus atom yang bermuatan positif diletakkan didepan, sedangkan atom yang bermuatan negatif diletakkan dibelakang sesuai dengan urutan berikut ini:
B– Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F

Rumus penamaannya:
Unsur non logam (+) + Unsur non logam (-)  + akhiran –ida

 Contoh:
 Hidrogen Bromida        =       HBr bukan BrH
 Karbon Monoksida       =       CO bukan OC

Jika senyawa biner antara non logam dan non logan yang terbentuk melebihi satu jenis senyawa, maka tata namanya dengan menyatakan jumlah atom tiap unsur dengan angka indeks dan diakhiri dengan –ida. Angka indeks ditulis dalam bahasa Yunani, meliputi:
1= Mono                   3 = Tri               5 = Penta                7 = Hepta
2= Di                            4 = Tetra             6 = Heksa                   8 = Okta


Rumus penamaan senyawa golongan ini, yaitu:

Angka indeks unsur non logam pertama + Unsur non logam + Angka indeks unsur non logam kedua + Akhiran–ida

Contoh:


Untuk senyawa-senyawa yang sudah umum dikenal ataupun memiliki nama trivial maka aturan seperti di atas tidak digunakan.

Contoh:
NH   =    Amonia
HO   =    Air

2. Tata Nama Senyawa Ion
Senyawa ion merupakan senyawa yang terdiri dari ion positif yang disebut kation dan ion negatif yang disebut anion. Dalam tata nama senyawa ion, kation selalu disebut terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan nama anionnya yang disertai dengan akhiran –ida. Bila dalam penamaan senyawa ini, terdapat unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, maka untuk membedakannya  bilangan oksidasi ini ditulis menggunakan angka Romawi dan diberi tanda kurung.

Berikut ini beberapa contoh nama kation dan anion.


Rumus penamaan senyawa ion, meliputi:
Nama kation + Anion + akhiran –ida

Contoh:


3. Tata Nama Senyawa Terner
Senyawa terner sederhana merupakan senyawa yang terdiri lebih dari dua unsur yang dapat meliputi senyawa asam, basa, dan garam. Berikut uraian mengenai tata nama masing-masing senyawa pembentuk senyawa terner.


a. Tata Nama Senyawa Asam
Asam merupakan senyawa hidrogen yang bila di dalam air memiliki rasa masam. Senyawa asam merupakan senyawa molekul, bukanlah senyawa ion. Tata nama senyawa asam terdiri atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam. Nama anion sisa asam sama dengan nama asam yang bersangkutan tanpa nama asam.

Contoh:
H3PO4, Nama asam= Asam Fosfat,  Rumus sisa asam= PO3- (Fosfat)
HNO3, Nama asam= Asam nitrat, Rumus sisa asam = NO3- (Nitrat)

b. Tata Nama Senyawa Basa
Basa merupakan zat yang bila berada di dalam air dapat menghasilkan ion. Senyawa basa umumnya terdiri dari kation (unsur logam) dan suatu anion (OH‾). Dalam tata nama senyawa basa, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:

Jika senyawa basa terbentuk dari kation unsur logam yang memiliki satu bilangan oksidasi (biloks) seperti alkali, alkali tanah, dan aluminium maka penamaan ialah dengan rumus berikut ini.


Unsur logam + Hidroksida (OH)

Contoh:
NaOH = Natrium Hidroksida
Ba(OH)2 = Barium Hidroksida
Ca(OH)2 = Kalsium Hidroksida

Jika senyawa basa terbentuk dari kation unsur logam yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi (biloks), maka penamaannya ialah dengan rumus berikut ini.

Unsur logam + biloks logam + Hidroksida

Biloks/bilangan oksidasi dari unsur logam yang terkait ditulis menggunakan angka Romawi dalam tanda kurung.


Contoh:
Fe(OH)2 = Besi(II) Hidroksida
Fe(OH)2 = besi(III) Hidroksida
CuOH =  tembaga(I) Hidroksida
Sn(OH)3 = timah(III) Hidroksida
Sn(OH)4 = timah(IV) Hidroksida

c. Tata Nama Senyawa Garam
Garam merupakan senyawa yang terbentuk dari kation basa dan anion sisa asam. Prinsip penamaan senyawa garam harus memenuhi kaidah berikut ini.

Jika senyawa garam terbentuk dari kation (hanya memiliki satu bilangan oksidasi) dan anion, maka rumus penamaannya:

Nama kation + Anion sisa asamnya

Contoh:
NaNO3      = Natrium nitrat
Ca(NO3)2 = Kalsium nitrat

Jika senyawa garam yang terbentuk dari kation basa (bilangan oksidasinya lebih dari satu) dan anion sisa asamnya, maka  penamaannya dengan menulis nama kation beserta bilangan oksidasinya (ditulis dalam angka Romawi dalam tanda kurung) yang kemudian diikuti nama anion sisa asamnya.

Nama kation + biloks kation (dalam angka Romawi) + Anion sisa asamnya

Contoh:
Sn(SO4)2  Tembaga (IV) sulfat
CuS       Tembaga (II) sulfat

b. Tata Nama Senyawa Organik
Senyawa organik merupakan senyawa-senyawa yang terdiri atas gugus atom C, H, dan O yang memiliki sifat-sifat tertentu. Penamaan senyawa organik lebih kompleks dan tidak hanya ditentukan dari rumus kimianya saja, melainkan juga ditentukan dari struktur dan gugus fungsinya. Senyawa organik memiliki tata nama khusus dan biasanya memiliki nama dagang (trivial). Berikut ini beberapa senyawa organik dengan nama lazimnya:

  • CH4 (Metana)
  • CHCI3 (Kloroform)
  • C2H(Etana)
  • CH3COOH (Asam Asetat)
  • CO(NH2) 2 (Urea)
  • C12H22O11 (Sukrosa)
  • C6H12O6 (Glukosa)
  • C2H5OH (Etanol)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagian-Bagian Mata dan Fungsinya

Rangkuman Materi Fisika

Bagian Bagian Mikroskop dan Fungsinya